Kendalikan Harga Bawang Merah, Kementan Terus Dorong Kerjasama dengan BUMN
By Admin
nusakini.com - Pengaturan masa tanam dan distribusi bawang merah sangat vital untuk kendalikan harga, Direktorat Jenderal Hortikultura di Kementerian Pertanian RI mendorong terjalinnya kerjasama BUMN seperti perusahaan perkebunan PTPN sebagai inti dengan petani sebagai peserta plasma untuk kemitraan jangka panjang.
"Jangka pendeknya adalah Bulog memberdayakan petani, seperti diinisiasi oleh Ditjen Hortikultura membangun kemitraan dengan petani sebagai avalis di beberapa provinsi, yang tujuannya memotong rantai pasok yang terlalu panjang, itu sebagai program jangka pendeknya," kata Dirjen Hortikultura pada Sabtu (6/8/2016) saat kunjungan kerja ke Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.
Menurut Spudnik, apabila terjalin kemitraan BUMN seperti PTPN yang memiliki aset lahan jutaan hektar untuk dimanfaatkan petani mengembangkan produksi bawang merah, dan Bulog sebagai buffer stock untuk menampung produksi petani ketika harga bawang merah anjlok maka pasokan dan distribusi bawang merah tidak lagi dipermainkan oleh para tengkulak dan spekulan yang bertindak sebagai middleman dengan menaikkan harga.
"Disparitas harga bawang merah di tingkat petani pernah mencapai 300 persen, harga dari petani sembilan ribu rupiah per kilogram tapi ketika sampai di konsumen melonjak hingga Rp36 ribu per kilogram," kata Spudnik yang didampingi Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM.
Spudnik menambahkan berniat melakukan koordinasi dengan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk mendukung kemitraan strategis petani bawang merah dengan PTPN, maka diharapkan petani dan konsumen tidak lagi didikte oleh para pedagang yang menguasai rantai pasok dan jaringan pemasaran hingga ke tingkat eceran.
Sementara dukungan Bulog saat ini belum optimal lantaran tidak mempunyai gudang penyimpanan, menurut Spudnik, hal itu tidak masuk akal karena sebagai buffer stock seharusnya dapat membeli dan menampung produksi bawang merah dari petani, dan hal itu sudah diinstruksikan oleh Mentan agar Bulog menampung produksi petani.
"Kami coba menampung beberapa ton bawang merah dari petani ketika harga melambung, yang kami beli dari avalis di sentra-sentra produksi lalu coba masuk pasar seperti di Pasar Minggu, dekat kantor itu, ternyata nggak mudah bahkan pegawai saya diusir oleh mereka ketika coba-coba menjual eceran di bawah harga mereka," kata Spudnik.
Dia menambahkan, pengaturan pola tanam, panen dan rencana produksi secara bulanan selama 2016 dengan target luas 129 ribu hektar telah dipetakan, perkiraan produksi 1,29 juta ton tersebar di sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa akan memasok 73% dari total kebutuhan, Bali Nusa Tenggara 15% dan sisanya di Sumatera, Sulawesi dan lainnya.
Menurutnya, guna memenuhi pasokan secara cukup dan kontinyu, Kementan secara cermat menghitung sebaran produksi berdasarkan geo-spasial dan dimensi waktu sehingga menjamin pasokan setiap hari dan telah dirancang kesiapan produksi harian/mingguan sampai dengan akhir tahun 2016.
"Seperti diketahui di delapan kota besar di Indonesia membutuhkan pasokan 33% bawang merah. Untuk itu lokasi pengembangan sentra produksinya diarahkan tidak terlalu jauh dari pusat kota besar," kata Dirjen Hortikultura.(p/mk)